Suatu hari, aku melihat seorang anak perempuan yang cantik. Sepertinya dia anak orang kaya, sama sepertiku. Tiba-tiba, dia menghampiriku.
"Assalamualaikum, namaku Carrisa Khairunnisa Azzahra. Aku biasa dipanggil Carrisa. Kalau namamu siapa?" tanya anak perempuan yang ternyata bernama Carrisa.
"Namaku Felly Febriana Putri Cerina," jawabku. "Coba jelaskan beberapa hal tentang dirimu"
"Aku belum memakai jilbab. Aku tinggal di rumah yang sangat sederhana. Aku jarang sekali ke restaurant. Tapi, mamaku selalu memasak makanan yang enak, walaupun makanan itu adalah makanan sederhana. Mamaku juga jago membuat bolu, tapi ia membuat bolu hanya satu kali dalam satu tahun. Setiap mamaku membuat bolu, rasanya enak sekali. Aku sangat menikmatinya. Aku sangat bahagia, walaupun aku adalah orang yang sangat sederhana," jelas Carrisa.
"Kamu hidup sederhana? Ah, bohong! Dilihat dari penampilan saja, kamu cantik banget, seperti diberi make-up, eye shadow, lips tick, dan alat untuk bulu mata menjadi lentik itu, lho!" ujarku.
"Oh, ya? Aku cantik? Aku diberi muka cantik seperti ini oleh Allah, tapi aku tidak berdandan. Kalau kamu tidak percaya, tidak apa-apa. Yang penting, aku tidak berbohong," kata Carrisa malu-malu.
"Oh.., yaudah. Boleh, nggak, aku jadi sahabat kamu?" tanyaku.
"Boleh, kok! Siapa, sih, yang nggak mau menjadi sahabat orang baik kayak kamu? Pasti tidak ada orang yang tidak ingin menjadi sahabat kamu. Aku yakin, tidak ada orang-orang islam yang membencimu! Mana ada orang islam yang membenci orang baik seperti kamu? Tidak ada!" jawab Carrisa.
"Oh ya, kata kamu mamamu selalu membuat makanan yang enak? Yaudah, aku ke rumah kamu, ya! Terus mencicipi masakan mamamu itu," pintaku. Mereka berdua pun ke rumah Carrisa. Saat mereka tiba di rumah Carrisa, benar saja, rumah Carrisa sangat sederhana. Aku jadi sedih melihatnya.
"Maaf, hanya ada telur saja," kata Carrisa lembut.
"Tenang! Walaupun hanya ada telur, tidak apa-apa, kok!" ujar Alicia.
"Kamu mau telur dadar apa telur ceplok?" tanya Carrisa.
"Telur ceplok saja, deh!" jawabku. Carrisa mengangguk. Carrisa pun meminta mamanya memasak telur ceplok. Mamanya Carrisa langsung memasak telur ceplok. Setelah telur ceploknya jadi, Carrisa langsung menghidangkan telur ceploknya untukku. Aku pun mencicipinya.
"Woow.. enak sekali telurnya! Kalau memakan masakan mamamu, rasanya.. seperti melayang-layang!" ujarku. Aku pun semakin lahap memakannya. Ternyata benar, telur ceploknya enak sekali, walaupun telur ceplok adalah makanan yang sederhana.
"Aku belum pernah memakan telur ceplok yang selezat ini!" seruku. Carrisa pun tersenyum.
"Terima kasih, Felly. Sekarang.. aku boleh main ke rumahmu, nggak?" tanya Carrisa.
"Tentu saja boleh!" jawabku.
"Tunggu ya, aku izin dulu sama mama aku.." kata Carrisa. "Mama..!!! Aku keluar sebentar, ya!! Mau ke rumah Felly dulu, sebantaaar.. saja. Boleh kan, ma?" rayu Carrisa.
"Tentu boleh, tapi sebentar saja, ya, nak." jawab mama Carrisa. Carrisa pun langsung pergi ke rumahku.
Setelah sampai di rumahku...
"WOW! Subahanallah, alhamdulillah, tiada tuhan selain allah... allahu akbar!" gumam Carrisa kagus melihat rumahku.
"Kamu lebay, deh... ayo masuk!" kataku. Carrisa melihat pianoku sambil terkagus-kagum. Carrisa memencet-pencet pianoku.
"Itu.. piano, kan? Yang harganya puluhan juta rupiah itu, kan? Waah.. keren!" puji Carrisa. "Kamu bisa memainkannya?"
"Ya... begitu, lah. Aku bisa memainkannya, kok. Nih, aku akan memainkan lagu rondo alla turca dan fur elise," jelasku. Aku pun memainkan kedua lagu itu.Setelah selesai Carrisa memuji-pujiku."Waah... keren!"
"Eh Carrisa, mau ke halaman belakang aku nggak? Enak lho! Sejuk..," ajakku.
"Wah, mau! Mau!" balas Carrisa. Kami pun ke halaman belakangku. Lagi-lagi, Carrisa memujiku. "Wah... enak banget disini! Sejuk, ada bau tanamannya lagi!"
"Makasih... hehehe," seruku.
"Eh, aku pulang ya," kata Carrisa.
"Ya," jawabku. Carrisa pun pulang.
